Berita

Apa yang Perlu Diketahui tentang Penyakit Polio

Dilihat 26427 kali   22/11/2022 08:10:08 WIB

Tim Website Dinkes

img_20221012150940_image.png

 

img_20221122155453_image.png
Vaksinasi polio (gambar: klikdokter.com)

Apa itu Polio dan Seberapa besar ancamannya ?

Polio adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Polio.

Polio dapat menyebabkan kelumpuhan permanen dan bahkan kematian akibat gagalnya/lumpuhnya sistem pernapasan.

Mengapa satu kasus harus diwaspadai?

Karena polio menular, berdampak besar dan panjang bagi kesehatan maka satu kasus harus diwaspadai dan sebagai ancaman. Ancaman polio menjadi besar bila cakupan vaksinasi polio rendah.

WHO menyatakan status Polio saat ini adalah Public Health Emergency of International Concern (PHEIC), sama dengan status Monkeypox.

Bagaimana polio dapat menular?

Virus Polio menyebar melalui fecal-oral, artinya virus berkembang biak di sistem pencernaan, dan dikeluarkan melalui feses (tinja), kemudian menyebar melalui air. Risiko semakin besar jika sanitasi tidak baik seperti perilaku Buang Air Besar Sembarangan.

Gejala apa yang timbul jika terkena virus Polio?

Gejala awal polio adalah demam, kelelahan, sakit kepala, muntah, kekakuan di leher, dan nyeri pada anggota badan.

Siapa yang berisiko terkena polio?

Yang berisiko terkena polio adalah anak usia < 15 tahun, terutama anak-anak di bawah usia 5 tahun.

Bagaimana masyarakat bisa terlindungi dari virus polio?

Polio bisa dicegah dengan melakukan imunisasi. Imunisasi Polio diberikan sebanyak 4 kali sampai anak usia 4 bulan. Dengan cakupan imunisasi yang tinggi dan merata di setiap wilayah tanpa terkecuali anak akan terhindar dari virus Polio.

Lengkapi dosis vaksin polio tetes dan suntik sesuai dengan umur anak. Jika anak belum mendapatkan imunisasi lengkap maka dapat berkonsultasi dengan puskesmas setempat.

Vaksin Pollo memberikan kekebalan, apabila anak tertular dapat terlindungi dari kelumpuhan dan kematian akibat virus polio. Tidak ada Obat untuk Polio. Satu satu cara Pencegahan melalui pemberian Imunisasi.

 

Sumber: World Health Organization dan Kementerian Kesehatan RI

img_20220922110614_image.png