Berita

Penguatan Surveilans Epidemiologi Malaria Kota Yogyakarta

Dilihat 1637 kali   15/03/2024 09:59:31 WIB

Tim Website Dinkes

Kota Yogyakarta bukan daerah endemis malaria dan telah mendapatkan sertifikat eliminasi malaria pada 2014. Sebagai wilayah urban, potensi penularan malaria senantiasa ada karena dinamika demografis dan mobilitas penduduk dari luar kota dan luar pulau dengan status endemis malaria. Upaya pencegahan dan pengendalian secara terencana tetap dilakukan sebagai bentuk kewaspadaan terhadap potensi penularan di Kota Yogyakarta. Surveilans malaria sebagai tools kewaspadaan harus selalu dilaksanakan dan diperlukan penguatan baik pada kebijakan, sistem, pelaksana (SDM), perangkat dan lainnya.  

img_20240315100157_image.png
dr. Lana Unwanah Kepala Bidang P2P dan PD SIK Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta dalam arahan kepada peserta

"Surveilans menjadi kegiatan strategis dalam menjaga status eliminasi malaria di Kota Yogyakarta. Kedisiplinan pencatatan, pelaporan dan analisis yang berkaitan dengan kemunculan malaria yang dilakukan secara cepat dan tepat akan mempercepat respon untuk melakukan tindaklanjut", tegas dr. Lana Unwanah Kepala Bidang P2P dan PD SIK Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta dalam arahan kepada peserta kegiatan Penguatan Surveilans Epidemiologi Malaria yang dilaksanakan Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, 15 Februari 2024.

Kegiatan Penguatan Surveilans Epidemiologi Malaria yang dilaksanakan Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular dan Imunisasi tersebut diikuti oleh petugas Surveilans Puskesmas/Programer Malaria. Sebagai narasumber, dihadirkan dr. Citra Indriani, MPH, FETP FKKMK UGM  dan Rega Dharmawan, S. KM, Entomolog Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

img_20240315100234_image.png
dr. Citra Indriani, MPH, FETP FKKMK UGM menjelaskan tentang surveilans malaria

dr. Citra menjelaskan bahwa malaria yang disebabkan Plasmodium sp. melalui gigitan nyamuk Anopheles sp dibedakan menjadi dua. Pertama, malaria indigenous jika penularan terjadi di wilayah setempat dan tidak ada bukti langsung berhubungan dengan kasus impor, kedua malaria impor yaitu malaria positif yang sumber penularannya berasal dari luar daerah. 

“Maka tujuan surveilans malaria adalah untuk menentukan tindakan penanggulangan yang efektif dan efisien yang diawali dengan peningkatan penemuan kasus, penguatan sistem informasi, monitoring dan evaluasi kasus dan penguatan surveilans vektor malaria” jelas dr. Citra Indriani

Rega Dharmawan menjelaskan bahwa Eliminasi malaria adalah pemutusan rantai penularan malaria setempat pada manusia dalam satu wilayah geografi tertentu, secara berkesinambungan guna menekan angka penyakit serendah mungkin agar tidak menjadi masalah kesehatan. Kota Yogyakarta eliminasi malaria tahun 2014 dan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta menuju eliminasi malaria pada tahun 2025.

img_20240315100405_image.png
Rega Dharmawan, S. KM menyampaikan materi terkait program malaria di DIY dan pencatatan pelaporan malaria

Terkait dengan pelaksanaan surveilans malaria, Rega Dharmawan menegaskan pentingnya kedisiplinan pencatatan dan pelaporan malaria dalam elektronik Sistem Informasi Surveilans Malaria (e-SISMAL) Versi 3 dari Kementerian Kesehatan. 

”Pemeriksaan malaria, pasien postif malaria dan pengobatannya, penyelidikan epidemiologi malaria, logistik malaria sebagai indikator yang harus dicatat dan dilaporkan dalam e-SISMAL” tambah Rega Dharmawan. 

Kepala Seksi P2M dan Imunisasi Dinkes Kota Yogyakarta, dr. Endang Sri Rahayu pada penutupan kegiatan menyampaikan bahwa program pencegahan dan pengendalian malaria dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, Fasyankes dan lintas sektor yang terkait. Target pemeriksaan malaria di Kota Yogyakarta per tahun pada tahun 2024-2026 sejumlah 2221. Target pemeriksaan malaria yaitu pada asrama-asrama mahasiswa atau tempat tinggal warga yang berasal dari daerah endemis malaria. (dr. Endang SR/Anandi/shol)