Berita

Apa itu Penyakit Tangan, Kaki dan Mulut (HFMD) atau Flu Singapura

Dilihat 183662 kali   24/11/2022 05:42:50 WIB

Tim Website Dinkes

img_20221012150940_image.png

Seiring waktu pada masa pandemi Covid-19, beberapa penyakit infeksi muncul dan menjangkit kembali (re-emerging deseases) pada anak-anak di Indonesia diantaranya, campak, rubella dan penyakit hepatitis  akut yang tidak diketahui etiologinya (acute hepatitis of unknown aetiology). Dan terakhir pada Oktober 2022 ditemukan kasus Polio pada salah satu Kabupaten di Provinsi Aceh.

img_20221124125146_sourcemedicastore.jpg
Gejala penyakit HFMD (gambar: medicastore.com)

Berdasarkan data Sistem Kewaspadaan Dini dan Respons (SKDR) atau Early Warning and Respons System (EWARS) yang diterapkan di Kota Yogyakarta telah ditemukan suspek  penyakit HFMD (Hand, Foot, and Mouth Disease)/penyakit tangan, kaki, dan mulut  atau sering disebut Flu Singapura pada periode November 2022.

Penyakit ini cepat menular jika tidak dilakukan pencegahan secara cepat dan tepat.

Berikut beberapa hal yang dapat diketahui tentang penyakit HFMD atau Flu Singapura.

Apa itu penyakit HFMD (Hand, Foot, and Mouth Disease)? 

HFMD adalah penyakit tangan, kaki, dan mulut yang disebabkan oleh virus genus Enterovirus dan yang paling sering adalah Coxsackievirus dan Human Enterovirus 71 (HEV 71).

Siapa saja yang bisa terkena penyakit HFMD?

Penyakit HFMD sering ditemui pada anak-anak, terutama pada usia dibawah 10 tahun, namun juga dapat terjadi pada anak remaja dan dewasa.

24etikabatuk.png
Terapkan etika batuk untuk mencegah penularan HFMD

Bagaimana penyebaran virus HFMD?

Penyebaran virus HFMD dapat melalui kontak kulit, udara pernafasan, cariran dari blister (benjolan kecil) atau tinja pendertia, serta makan dan minum bersama.

Cairan atau droplet dari hidung maupun tenggorokan yang keluar saat bersin, Air liur atau ludah yang terlempar ke udara saat batuk.

Apa saja gejala dari penyakit HFMD?

gejala yang timbul umumnya ringan sehingga dapat hilang dengan sendirinya setelah beberapa hari. Penyakit ini ditandai dengan munculnya demam yang berlangsung 1- 2 hari, rash (ruam pada kulit) dan benjolan kecil di telapak kaki, tangan, dan mukosa mulut.

Penderita cenderung mengalami kurang nafsu makan, lesu, dan nyeri tenggorokan. Kadang-kadang bayi atau balita menjadi mudah marah. Pada beberapa kasus,  luka bisa muncul di siku tangan, lutut, pantat dan lipat paha.

 

Infeksi Emerging Kementerian Kesehatan RI
Cuci tengan yang benar mencegah risiko penularan penyakit

 

Upaya apa yang bisa dilakukan untuk tidak tertular HFMD?

Risiko penularan dapat dicegah dengan :

  • melakukan isolasi penderita (tidak melakukan aktifitas bersama dengan anak atau orang lain), 
  • menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), seperti mencuci tangan dengan sabun, 
  • menutup mulut dan hidung bila batuk dan bersin. 
  • tidak mencium anak yang menderita HFMD,
  • tidak menggunakan alat rumah tangga secara bersamaan, seperti cangkir, sendok, gapur dan alat kebersihan pribadi seperti handuk, lap muka, sikat gigi, dan pakaian. 

Bagaimana pengobatan HFMD?

Jika menemukan gejala mengarah HFMD segera periksa ke Puskesmas terdekat untuk mendapatkan pengobatan gejala dan konsultasi tatalaksana perawatan di rumah.

Karena HFMD atau Flu Singapura disebabkan oleh virus, maka dalam pengobatannya tidak diberikan antibiotik.

Belum ada obat atau vaksin untuk pengobatan dan pencegahan HFMD, maka untuk penderita penyakit HFMD perlu dapat diberikan perawatan intensif di rumah.  Perawatan di rumah dimaksudkan supaya tidak menularkan pada anak/orang lain dan cepat pulih

Jenis-Jenis Kompres dan Aturan Pakainya - Alodokter
Kompres atau diberikan obat turun panas jika demam (gambar : Alodokter)

Perawatan di rumah dilakukan dengan :

  • Pemberian obat untuk mengurangi gejala seperti penurun panas untuk meredakan gejala demam, atas saran atau resep dari dokter pemeriksa/puskesmas.
  • Istirahat secukupnya dan perbanyak minuman dingin untuk mengurangi rasa sakit pada tenggorokan.
  • Hindari makanan atau minuman asam dan pedas, untuk menghindari rasa perih pada luka

(SDR/fafa)

sumber : WHO, Kemenkes RI, emc_healthcare

img_20220922110614_image.png