Berita

Penyakit Jananese Enchepalitis (JE) dan Persiapan Imunisasi JE

Dilihat 7947 kali   02/11/2023 09:00:20 WIB

Tim Website Dinkes

Japanese Encephalitis (JE) merupakan peradangan jaringan otak yang disebabkan oleh Japanese Encephalitis Virus (JEV) yang ditularkan oleh nyamuk Culex yang dapat menularkan baik ke manusia maupun ke hewan peliharaan lainnyaPenyebaran penyakit ini tergantung musim, terutama pada musim hujan saat populasi nyamuk Culex meningkat. Penyakit ini endemik di daerah Asia, mulai dari Jepang, Filipina, Taiwan, Korea, China, Indo China, Thailand, Malaysia, Indonesia , dan India. Japanese Encephalitis pertama kali dikenal di Jepang pada tahun 1871 dan diketahui menginfeksi sekitar 6.000 orang pada tahun 1934 dari jaringan otak penderita ensefalitis yang meninggal.

img_20231102090335_image.png
Narasumber ahli, dr. Retno Sutomo, Sp.A (K), Ph.D menyampaikan paparan tentang penyakit Japanese Encephalitis (JE)

Kasus Japanese Encephalitis di Indonesia pertama dikonfirmasi secara serologis pada tahun 1996. Pada tahun 2001-2003, dari 239 anak yang dicurigai JE terdapat 86 pasien anak dikonfirmasi menderita JE dari pemeriksaan laboratorium. Gejala klinis paling sering berupa demam, gangguan kesadaran, kejang, nyeri kepala, mual, dan muntah. Diagnosis JE ditegakkan berdasarkan pemeriksaan laboratorium. Berdasarkan data surveilans kasus AES (Acute Encephalitis Syndrome) per Januari 2022 menunjukkan bahwa di Provinsi D.I Yogyakarta ditemukan sebanyak 13 kasus JE. Berdasarkan data surveilans Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta pada tahun 2023 sebanyak 10 sampel suspek JE telah diperiksa di Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BBTKLPP) Yogyakarta dan menunjukkan hasil negatif.

img_20221012150940_image.png
pasted-image-453x640.jpg
Japanese encephalitis symptoms (sumber : travel-doc.com)

Pemerintah Indonesia mempunyai komitmen tinggi untuk mencegah penularan penyakit JE dengan imunisasi. Imunisasi JE telah dilaksanakan terlebih dahulu di Provinsi Bali pada tahun 2018 kemudian dilanjutkan di Provinsi Kalimantan Barat. Berdasarkan rekomendasi WHO dan Komite Penasihat Ahli Imunisasi Nasional (ITAGI), sebelum dilakukan penambahan imunisasi JE ke dalam program imunisasi rutin bagi bayi usia 10 bulan terlebih dahulu diberikan imunisasi tambahan massal JE yang menyasar seluruh anak usia 9 bulan sampai dengan 15 tahun. Pada tahun 2019, ITAGI memberikan kajian dan rekomendasi tentang perluasan imunisasi JE di mana hasil pelaksanaan kampanye (imunisasi tambahan massal) dan introduksi imunisasi JE di Bali dapat menjadi dasar pertimbangan rencana strategi perluasan di provinsi lain yang memiliki kasus JE di Indonesia, salah satunya yaitu Provinsi D.I. Yogyakarta dengan mengacu pada Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : HK.01.07/MENKES/1462/2023 tentang Pemberian Imunisasi JE di Kab/Kota Provinsi Kalimantan Barat dan Provinsi D.I Yogyakarta.

img_20231102135732_image.png
img_20231102090529_image.png
Paparan Dinkes DIY terkait Kebijakan Pelaksanaan Imunisasi Japanese Encephalitis (JE)

Sebagai bagian dari upaya nasional pencegahan dan penanggulangan JE Pemerintah Kota Yogyakarta akan melakukan imunisasi massal (tambahan) pada September-Oktober 2024. 

Sebagai persiapan telah dilakukan koordinasi lintas program, lintas sektor dan stakeholder untuk persiapan pelaksanaannya. Selain pembahasan hal teknis polkamania imunisasi, koordinasi juga bertujuan untuk sosialisasi kepada lintas program, lintas sektor dan stakeholder tentang imunisasi Japanese Encephalitis (JE), penggalangan komitmen, dukungan yang konkrit serta partisipasi aktif dari lintas program, lintas sektor dan stakeholder terkait.

Sosialisasi imunisasi JE disampaikan oleh dr. Retno Sutomo, Sp.A (K), Ph.D, narasumber ahli Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) yang menyampaikan sekitar penyakit Japanese Encephalitis dan pencegahannya. Sedangkan Kebijakan Pelaksanaan Imunisasi Japanese Encephalitis (JE) di Indonesia disampaikan narasumber dari Dinkes Provinsi DIY.

img_20231102090755_image.png
eserta Sosialisasi Imunisasi Japanese Encephalitis bersama narasumber dr. Retno Sutomo, Sp.A (K), Ph.D

dr. Lana Unwanah, Kepala Bidang Pencegahan Pengendalian Penyakit dan Pengelolaan Data dan Sistem Informasi Kesehatan (P2P PD SIK) Dinas Kesehatan dalam sambutannya menyampaikan bahwa Virus JE merupakan penyebab utama ensefalitis virus dan salah satu pencegahaannya adalah dengan pembentukan  kekebalan buatan melalui imunisasi.

“Upaya perlindungan Masyarakat dari JE dengan imunisasi ini tidak mungkin dilakukan tanpa peran lintas program, lintas sektor dan stakeholder, dan hari ini kita semua menyamakan pemahaman dan Langkah serta berkoordinasi untuk pelaksanaan imunisasi JE di Kota Yogyakarta pada September 2024”, papar dr. Lana.

“Dan kita bersyukur mendapatkan kesempatan setelah Bali, bersama Kalimantan Barat untuk pelaksanaan imunisasi ini”, tambahnya

Tentang koordinasi awal terkait pelaksanaan imunisasi pada Oktober-Desember 2024, dr. Endang Sri Rahayu Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular dan Imunisasi (P2PM dan Imunisasi) menjelaskan ; “Pemerintah Kota Yogyakarta melakukan koordinasi dan sosialisasi imunisasi JE lebih awal dengan tujuan agar lintas program, lintas sektor dan stakeholder lebih familiar dengan imunisasi JE tersebut”. 

Selajutnya secara simultan melalui sosialisasi yang berkelanjutan, masyarakat akan mengenal, mengetahui urgensinya sehingga akan berpartisipasi secara maksimal. Pada sisi lain dukungan dari fasilitas pelayanan kesehatan, organisasi profesi dan instansi juga akan lebih awal dan memudahkan dalam teknis pelayanan tambah dr. Endang. (ANS_P2M/shol)

img_20221011153304_image.png