Berita

Survei Tikus dan Faktor Risiko Leptospirosis di Kota Yogyakarta

Dilihat 1719 kali   22/02/2024 14:58:37 WIB

Tim Website Dinkes

Selama dua hari pada Selasa-Rabu, 20-21 Februari 2024 dilakukan Survei Tikus dan Faktor Risiko Leptospirosis di Kota Yogyakarta, khususnya di RW 2 Baciro Gondokusuman yang masuk dalam wilayah Puskesmas Gondokusuman I Kota Yogyakarta.

 

img_20240222151247_image.png
Penjelasan kepada warga untuk pemasangan perangkap

Surveilans dimaksudkan untuk mengetahui adanya bakteri Leptospira penyebab Leptospirosis pada tikus yang hidup di lingkungan serta air dan tanah di lingkungan hidupnya tikus sebagai vector.

 

img_20240222150458_image.png
Pemasangan perangkap

Atikah Mulyawati, SKM dari Balai Besar Laboratorium Kesehatan Masyarakat (BBTKL) Yogyakarta menjelaskan bahwa hasil dari kegiatan surveilans faktor risiko nantinya akan digunakan sebagai masukan dalam upaya pencegahan dan pengendalian penyakit Leptospirosis di wilayah Baciro Gondokusuman.

img_20221012150940_image.png
img_20240222150413_image.png
Pengambilan darah

Kegiatan yang dilakukan dalam dua hari tersebut dilaksanakan dalam arahan Tim Balai Besar Laboratorium Kesehatan Masyarakat (BBTKL) Yogyakarta dengan melibatkan Tim Surveilans Dinas Kesehatan, Laboratorium Kesehatan Kota Yogyakarta, FETP UGM dan Puskesmas Gondokusuman 1. Kegiatan utama surveilans adalah penangkapan tikus dan preparasi (pembedahan) dengan pengambilan serum darah, organ ginjal tikus serta pengambilan sampel air dan tanah di lingkungan tikus tinggal.

 

img_20240222150218_image.png
Penyisiran dan pengambilan kutu

Penangkapan tikus dilakukan dengan pemasangan perangkap (trap) di 68 titik (lokasi) di dalam dan luar rumah penduduk, sekolah, hotel/penginapan, asrama, balai pertemuan dan Gudang yang ada di RW 2 Banciro Gondokusuman. Pemasangan perangkap dengan umpan dilakukan pada Selasa siang sampai Rabu pagi. 

Sebanyak 18 tikus berhasil ditangkap dan selanjutnya dilakukan preparasi, mulai dari pembiusan sampai pembedahan organ. Pelaksanaan preparasi dilakukan dengan bimbingan Yohanes Didik Setiawan, S.Si. M.Sc. Entomolog dari Balai Besar Laboratorium Kesehatan Masyarakat (BBTKL) Yogyakarta.

img_20231102135732_image.png
img_20240222150308_image.png
Penimbangan dan pengukuran panjang organ luar

Dijelaskan bahwa sampel ginjal yang diambil dari tikus selanjutnya akan dilakukan uji bakteri Leptospira dengan RT-PCR dan pengujian Leptospira dari serum dilakukan dengan metode MAT. 

Didik Setiawan menjelaskan bahwa, tikus memilik 2 area mobilitas ;

“Pertama, tikus memilik Home coverage (wilayah territorial) sebagai wilayah kekuasaan dan tempat tinggal dengan radius sekitar 12 meter dan kedua, wilayah jelajah atau daya jelajah tikus dalam mencari sumber makanan dengan radius sekitar 1,5 Km”. 

Penjelasan tersebut penting untuk mengetahui sumber penularan karena mobilitas tikus di lingkungan.

 

img_20240222150130_image.png
Pembedahan dan pengambilan organ ginjal

Solikhin Dwi R, MPH Ketua Tim Kerja Surveilans PD SIK Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta dan dr. Fransisca Kepala Puskesmas Gondokusuman I menyampaikan respons positif terhadap kegiatan surveilans tersebut. 

“Supaya ditemukan gambaran yang pasti terhadap keberadaan bakteri Leptospira di wilayah Puskesmas Gondokusuman I dan segera dapat dilakukan upaya pencegahan dan pengendalian bersama lintas sektor dan warga, jika terbukti ditemukan bakteri Leptospira pada tikus, sampel air atau tanah”, harap Solikhin Dwi R, MPH.

 

img_20240222150630_image.png
Seluruh tim foto bersama

Sementara menunggu hasil pemeriksaan oleh Balai Besar Laboratorium Kesehatan Masyarakat (BBTKL) Yogyakarta, dr. Fransisca Kepala Puskesmas Gondokusuman I menghimbau supaya masyarakat meningkatkan kesadaran hidup bersih dan sehat untuk mengurangi risiko paparan penyakit infeksi khususnya Leptospirosis di wilayah Baciro Gondokusuman. (shol) 

img_20221011153304_image.png