Berita

Kewaspadaan Gondongan atau Parotitis

Dilihat 2761 kali   24/09/2024 14:42:25 WIB

Tim Website Dinkes

Pada Agustus sampai September 2024 beberapa puskesmas di Kota Yogyakarta melaporkan adanya kejadian kesakitan dengan gejala klinis Gondongan atau Parotitis berupa ; demam, pipi bengkak, nyeri menelan, sakit kepala, nyeri sendi, nyeri perut, mudah lelah, nafsu makan turun pada anak usia sekolah dasar.

Pipi bengkak, nyeri saat menelan, demam dan sakit kepala adalah ciri khas dari sakit gondongan (parotitis). Penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus paramyxovirus ini menyerang kelenjar parotis kelenjar yang memproduksi air liur dan menimbulkan pembengkakan.

 

img_20240925075919_image.png
Kepala Dinas Kesehatan drg. Emma Rahmi Aryani, MM. (Foto : Portal Pemkot Yogyakarta)

Kepala Dinas Kesehatan drg. Emma Rahmi Aryani, MM., menginstruksikan kepada jajaran kesehatan di Kota Yogyakarta khususnya Puskesmas di wilayah Kota Yogyakarta untuk melakukan kewaspadaan terhadap penularan parotitis atau gondongan. Melalui Surat Edaran Nomor 100.3.4.4/10199 Kepala Dinas Kesehatan secara khusus menyebutkan kewaspadaan bersama di sekolah.

Menjelaskan pentingnya kewaspadaan di sekolah Kabid P2P PD SIK Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta dr. Lana Unwanah menyebutkan bahwa sekolah termasuk dalam risiko penularan tinggi.

 

img_20240924145254_image.png
dr. Lana Unwanah Kabid P2P PD SIK Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta (Foto : RRI)

“Gondongan atau parotitis ditularkan melalui droplet maka orang yang berinteraksi langsung atau kontak erat berpotensi besar untuk tertular, sedang di sekolah terjadi interaksi yang tinggi antar siswa dan ini menjadikan risiko penularan yang tinggi”, jelas dr. Lana. 

“Dinas Kesehatan sudah menyampaikan permintaan dukungan dan kerjasama dengan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga terkait dengan kewaspadaan bersama di sekolah-sekolah”, tambah dr Lana.

Dalam upaya pencegahan dan pengendalian sekolah dapat melakukan upaya sebagai berikut ; 

  1. Sosialisasi dan edukasi tentang parotitis atau gondongan di sekolah.
  2. Melakukan surveilans aktif di sekolah melalui jejaring UKS.
  3. Membatasi interaksi (meliburkan) siswa, pendidik dan tenaga kependidikan yang dinyatakan sakit parotitis atau gondongan di sekolah sekurang-kurang dalam 7 hari sejak munculnya gejala sakit (gejala klinis).
  4. Menggunakan masker bagi warga sekolah yang ditemukan parotitis atau gondongan sampai dengan 7 hari setelah kasus terakhir sembuh.
  5. Melakukan cuci tangan setelah bersentuhan dan berada pada lingkungan berisiko sebelum melakukan aktifitas lain.
  6. Menjaga jarak interaksi dengan siswa, pendidik dan tenaga kependidikan yang sakit.

 

img_20240925080632_image.png
Pelatihan Dokter Kecil upaya pendidikan hidup bersih dan sehat bagi anak sekolah (Foto : Puskesmas KG1 Kota Yogyakarta)

Sedangkan untuk kewaspadaan di masyarakat diinstruksikan kepada petugas di lapangan atau surveilans kelurahan melalui  kepala Puskesmas untuk lebih peka menangkap informasi adanya kejadian penyakit parotitis tersebut.

 

img_20240925124359_OrangeJustListedSocialMediaGraphic3.jpg

“Parotitis atau gondongan umumnya tidak berbahaya jika tidak terjadi komplikasi, namun jika terjadi penularan secara massif di sekolah, pondok dan lainnya akan mengganggu kenyamanan anak karena sakitnya dan kegiatan belajar mengajar di sekolah atau pondok akan terganggu”, jelas Solikhin Dwi R, MPH., Epidemiolog dan Ketua Tim Kerja Surveilans PD SIK Dinas kesehatan Kota Yogyakarta. Selanjutnya Solikhin menjelaskan upaya pencegahan penularan parotitis yang bisa dilakukan masyarakat sebagai berikut :

  • Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir secara rutin sebelum makan atau setelah dari tempat/lingkungan yang berisiko.
  • Tidak berbagi peralatan mandi atau makan dengan penderita gondongan (protitis)
  • Menerapkan etika batuk, seperti menutup mulut dan hidung dengan tisu ketika batuk dan bersin.
  • Memakai masker saat berada di lingkungan berisiko
  • dan menjaga jarak dengan penderita gondongan

(shol)