Berita

Implementasi Kewaspadaan Dini Penyakit Potensi KLB di Kota Yogyakarta

Dilihat 299 kali   23/10/2024 11:04:18 WIB

Tim Website Dinkes

img_20221011153304_image.png

Kota Yogyakarta menerapkan Sistem Kewaspadaan Dini dan Respons atau SKDR untuk deteksi dini penyakit potensi KLB. Sistem Kewaspadaan Dini dan Respons bekerja untuk deteksi lebih awal kemungkinan munculnya penyakit potensial KLB. Dengan diketahui sejak dini, tindakan pencegahan dapat segera dilakukan. Hal demikian dijelaskan oleh dr. Lana Unwanah Kepala Bidang Pecegahan dan Pengendalian Penyakit PD SIK Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta saat bertemu dengan pengampu SKDR di rumah sakit dan klinik.

 

img_20241023153813_image.png
dr. Lana Unwanah Kepala Bidang Pecegahan dan Pengendalian Penyakit PD SIK Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta memberikan pengarahan pada pengelola SKDR rumah sakit dan klinik

Sebagaimana diketahui Sistem Kewaspadaan Dini dan Respons atau SKDR mencakup kegiatan surveilans berbasis indikator (indicators based surveillance) dan surveilan berbasis kejadian (event based surveillance). Surveilans berbasis indikator dilakukan dengan menggunakan data penyakit yang diperoleh dari deteksi kunjungan pasien harian di puskesmas. Data penyakit dikompilasi secara berkala pada setiap pekan (mingguan), hasil kompilasi akan memunculkan data penyakit potensial KLB. Jika ditemukan penyakit yang melebihi nilai ambang selanjutnya dikategorikan sebagai kasus alert (perlu diwaspadai) dan setiap penyakit menular memiliki ambang batas yang berbeda-beda

 

img_20241023113107_image.png
Penjelasan investigasi (Penyelidikan Epidemiologi) setelah ditemukan kasus Leptospirosis

Munculnya alert ditindaklanjuti dengan verifikasi dan validasi oleh puskesmas untuk memastikan kebenaran melalui kepastian gejala klinis, riwayat kejadian (paparan), dan pemeriksaan spesimen untuk pemeriksaan laboratorium pada kasus-kasus tertentu. Jika hasil verifikasi benar ditemukan kasus, maka langkah selanjutnya melakukan respons dengan penyelidikan epidemiologi dan rencana tindak lanjut kesehatan masyarakat untuk pencegahan penularan.

 

img_20241023113500_image.png
Diskusi tindaklanjut Penyelidikan Epidemiologi KLB

Pada sisi lain, penyakit potensial KLB dapat muncul secara tiba-tiba dan tidak terdeteksi dalam pencatata di fasyankes dan sudah menyebar karena adanya faktor risiko penularan yang mendukung. 

Epidemiolog dan Ketua Tim Kerja Surveilans PD SIK Solikhin Dwi R, MPH menjelaskan bahwa munculnya penyakit potensial KLB yang tiba-tiba sangat mungkin terjadi karena adanya mobilitas dan interaksi antar penduduk keluar dan masuk Kota Yogyakarta. 

img_20221012150940_image.png

“Sebagai contoh, tiba-tiba seorang penduduk mengalami sakit dengan gejala demam, sakit kepala, lemas, muncul benjolan di ketiak, ruam di dekat anus, kulit, dekat mata kemudian ruam berubah bintik berisi nanah dan cairan dan setelah enam hari ruam mengering selanjutnya berubah jadi keropeng. penyakit yang tidak terdeteksi di fasyankes tiba-tiba muncul”, jelas Solikhin. 

“Penyakit tersebut tidak tertangkap pada pencacatan di fasyankes sehingga ada kemungkinan orang yang sakit tersebut tertular dari orang sakit yang sama dari daerah endemis karena kunjungan atau dikunjungi. Untuk menangkap kejadian seperti ini kita menerapkan surveilan berbasis kejadian (event based surveillance)”, tambah Ketua Tim kerja Surrveilans.

 

img_20241023113230_image.png
Pelatihan petugas surveilans puskesmas untuk tatalaksana KLB di masyarakat

Surveilans berbasis kejadian (event based surveillance) bersifat komplementer atau untuk melengkapi surveilans berbasis indikator. Di Kota Yogyakarta. Surveilan berbasis kejadian (event based surveillance) dilakukan dengan deteksi dini penyakit di masyarakat melalui jaring informasi berupa berita, rumor, kejadian mencurigakan terkait dengan kesakitan dan kematian, munculnya faktor risiko dan permasalahan kesehatan lainnya.

img_20231102135732_image.png

“Selanjutnya dilakukan verifikasi informasi yang diperoleh, jika informasi valid reabel selanjutnya dilakukan respons epidemilogi dengan investigasi dan respons public health dengan tatalaksana kasus dan pencegahan penularan”. jelas Solikhin DR.

img_20241023112847_image.png
Komunikasi respons (public health respons) dengan edukasi pencegahan penularan leptospirosis pada wilayah ditemukan kasus leptospira

Implementasi SKDR diharapkan dapat meningkatkan kualitas pencegahan dan pengendalian penyakit potensi KLB sehingga dapat melindungi masyarakat Kota Yogyakarta dari penularan penyakit potensial KLB. (shol)

 

img_20241023120446_image.png