Berita

AYO SEHAT

Dilihat 11257 kali   15/09/2020 02:27:19 WIB

Tim Website Dinkes

Pengantar

'Ayo Sehat', mengapa penulis memberikan judul tersebut? 'Ayo Sehat' bermakna persuasif, yaitu ajakan untuk masyarakat Kota Yogyakarta berperilaku hidup sehat. Mejadikan tubuh kita sehat harusnya sudah merupakan gaya hidup. Maksud lain karena penulis ingin menunjukkan kekhawatiran dengan terus meningkatnya jumlah Penyakit Tidak Menular (PTM) dua tahun terakhir yang disebabkan perilaku dan pola makan kita yang tidak baik. Selain itu di tengah pandemi yang sedang berlangsung ini PTM menjadikan resiko tinggi terinfeksi jika dihubungkan dengan COVID-19 ini.

Tren Penyakit Tidak Menular di Kota Yogyakarta

Meningkatkan kesadaran, kemampuan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang tinggi merupakan tujuan pembangunan kesehatan yang mesti bisa diupayakan oleh semua komponen bangsa. Saat ini, Indonesia tengah mengalami perubahan pola penyakit yang sering disebut transisi epidemiologi yang ditandai dengan meningkatnya kematian dan kesakitan akibat PTM seperti stroke, jantung, diabetes dan lain-lain (Hasil Riskesdas Tahun 2018).

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes RI, dr. Cut Putri Arianie, MH.Kes menyebutkan orang dengan PTM seperti hipertensi, jantung, kanker, diabetebes, ginjal, PPOK, penyakit nafas lainnya, gangguan imunologi dll, turut mempermudah seseorang terpapar COVID-19, bahkan kondisinya akan semakin berat. Orang-orang dari kelompok Penyakit Tidak Menular adalah orang yang rentan terinfeksi (COVID-19), ini sangat terkait dengan imunitas tubuh, karena yang pasti kondisinya berbeda dengan orang normal. Pada masa pandemi ini orang dengan PTM lebih menjaga kesehatan dan daya tahan tubuhnya dengan rutin cek kesehatan, menjaga indeks masa tubuh, mengonsumsi makanan bergizi seimbang, dan mengubah gaya hidupnya menjadi lebih bersih dan sehat.

Data Sistem Informasi Puskesmas (Simpus) di Kota Yogyakarta tahun 2016 sampai dengan 2019 memberikan ilustrasi tren yang meningkat untuk kasus baru PTM. Gambaran perkembangan 10 besar PTM dapat kita lihat dari tabel pertahun seperti di bawah ini : 

Sumber : Data Simpus 18 Puskesmas di Kota Yogyakarta

Kalau kita tengok pendapat HL Bloem yang dipetik dalam Laporan Hasil Utama Riskesdas 2018, derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh 4 faktor yakni: Perilaku, Lingkungan, Pelayanan kesehatan, dan Keturunan. Faktor Perilaku dan Faktor Lingkungan memegang peran lebih dari 75% dari kondisi derajat kesehatan masyarakat.

Pendapat ini sepertinya sesuai dengan data 10 besar diagnosis PTM. Data empat tahun terakhir (2016 s.d. 2019) yang menunjukkan hasil yang meningkat terutama di tahun 2018 dan 2019. Apabila dilihat dari tabel di atas data 2 tahun terakhir (Tahun 2018 & 2019) yaitu hipertensi, diabetes millitus, dan jantung hipertensi selalu menduduki 5 rangking teratas dari 10 besar diagnosis PTM Puskesmas di Kota Yogyakarta. Secara kuantitatif gambaran tren peningkatan 5 besar PTM pada tahun 2018 dan 2019 dapat dilihat dalam grafik di bawah ini : 

Sumber : Data Simpus 18 Puskesmas di Kota Yogyakarta

Data di atas menunjukkan angka yang cukup fantastis, apabila angka-angka tersebut dipersetasikan kenaikannya rata rata di atas 50%. Ini menjadi ‘PR’ besar kita semua untuk lebih fokus dan inovatif menemukan berbagai metode agar dapat mereduksi angka kenaikan PTM tersebut di tengah pandemi COVID- 19 yang sedang berlangsung.

Data yang ada di atas sejalan juga dengan pernyataan dr Nila Moeloek (mantan Menkes RI) yang menyebutkan adanya kenaikan prevalensi penyakit tidak menular ini dihubungkan dengan pola hidup masyarakat yang tidak sehat. Selanjautnya menurut Beliau hal ini juga terlihat dari kurangnya konsumsi buah dan sayur. Kita musti bertanya, kenapa kita sakit. Kalau ditarik ke hulu ya pasti perilaku. Lebih lanjut Beliau mengatakan bahwa kita musti mengubah mindset kita yang berparadigma sehat. Perubahan pola makan menjurus ke sajian siap santap yang mengandung lemak, protein, dan garam tinggi tapi rendah serat pangan (dietary fiber), membawa konsekuensi terhadap berkembangnya penyakit degeneratif seperti penyakit jantung, DM, kanker, osteoporosis, dan hipertensi.

Secara umum, gejala PTM yang diderita masyarakat Indonesia berupa gangguan metabolis, yakni peningkatan tekanan darah, kelebihan berat badan (obesitas), tingginya kadar glukosa darah, dan peningkatan kadar kolesterol. PTM masih menjadi masalah dominan kesehatan pada saat ini karena sebagian besar masyarakat Indonesia hingga saat ini menganut paradigma sakit, yakni perilaku yang menonjolkan pengobatan (kuratif). Masyarakat Indonesia baru mengunjungi dokter atau berobat ke RS ketika sakit melanda pada kondisi stadium yang sudah lanjut sehingga pembiayaan kesehatan masih relatif mahal.

Perlu kita garis bawahi PTM (hipertensi, DM, jantung dll) merupakan komorbid atau penyakit penyerta yang memperparah infeksi virus corona atau COVID-19. Komorbid merupakan kondisi dua atau lebih penyakit kronis yang diderita oleh seorang pasien. Pada pasien COVID-19 yang memiliki komorbid, mereka sudah memiliki penyakit bawaan sebelumnya. Penyakit komorbid pada COVID-19 itu dapat berupa hipertensi atau tekanan darah tinggi, diabetes, jantung, paru-paru obstruktif kronis (PPOK), asma dan lain sebagainya.

Germas- Ayo Sehat Dimulai dari Diri Sendiri

PTM bisa diminimalisir melalui Germas. Gerakan yang diluncurkan sejak 2016 adalah suatu tindakan sistematis dan terencana secara bersama-sama oleh seluruh komponen bangsa dengan kesadaran, kemauan, dan kemampuan berperilaku sehat untuk meningkatkan kualitas hidup.

Menurut artikel yang ditulis Yahya Anshori, 2019 (Mari Hentikan Penyakit dengan Pola Hidup Sehat) Implementasi Germas telah dijabarkan menjadi beberapa kegiatan : 

Pertama, membudayakan perilaku masyarakat untuk tidak merokok dan tidak mengonsumsi alkohol. Rupanya gerakan ini lebih bersifat edukatif dan sebatas mengurangi permintaan saja dan belum dibarengi dengan menyetop penyediaan serta distribusi rokok dan alkohol itu sendiri. Buktinya, pabrik rokok tetap berproduksi dan minuman beralkohol masih beredar, kendati ada pembatasan.

Kedua, membudayakan perilaku masyarakat untuk mengonsumsi sayur dan buah. Selain untuk mereduksi konsumsi karbohidrat (termasuk nasi) berlebihan yang memicu naiknya gula darah (diabetes melitus), cukup konsumsi sayur dan buah juga dimaksudkan untuk meningkatkan metabolisme tubuh dan membangun “keseimbangan gizi”.

Ketiga, membudayakan masyarakat untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin, termasuk melakukan cek tekanan darah, kadar gula, kolesterol. Membudayakan perilaku untuk cek kesehatan secara regular ini masih belum ditaati secara konsekuen, karena masih terbelenggu oleh paradigm sakit (baru cek kesehatan jika dilanda sakit). Cek kesehatan secara rutin perlu digalakkan dan bisa dilakukan di Puskesmas / RS setempat.

Keempat, membudayakan masyarakat untuk melakukan aktivitas fisik atau olah raga secara teratur. Aktivitas fisik bisa dilakukan di mana saja, kapan saja, baik ketika di rumah, di sekolah/kampus, dan di kantor. Di samping bisa menjaga kebugaran tubuh, aktivitas fisik yang teratur dapat mengurangi risiko penyakit jantung iskemik, diabetes, kanker payudara, dan kanker kolon.

Selain itu, aktivitas fisik/olah raga secara teratur mampu mengurangi risiko stroke, hipertensi, dan depresi. Aktivitas fisik secara teratur amat penting untuk keseimbangan energi dan control berat badan (WHO, 2015).

Kelima, membudayakan masyarakat untuk untuk menjaga kebersihkan lingkungan hidup, termasuk menggunakan jamban saat membuang air besar, serta melancarkan arus genangan air di selokan untuk mengantisipasi demam berdarah. Kebisaaan kerja bakti warga setempat untuk menjaga kebersihan dan keasrian lingkungan kampung, lingkungan sekolah, lingkungan perkantoran yang sudah berjalan perlu terus dipertahankan.

Germas merupakan bagian dari implementasi paradigma sehat, yakni pola pikir kesehatan sebagai hal yang bersifat holistik dan lintas sektor dalam upaya mencegah, memelihara dan merlindungi kesehatan, bukan hanya untuk panyembuhan (kuratif) semata. Diharapkan masyarakat bersikap mandiri dalam menjaga kesehatan mereka sendiri. Selain itu, melalui Germas diharapkan tumbuh kesadaran bahwa upaya penacegahan penyakit (promotif dan preventif), jauh lebih penting dari pada pengobatan (kuratif).

Lingkungan dan perubahan perilaku ke arah yang lebih sehat perlu dilakukan secara sistematis dan terencana oleh semua komponen bangsa, untuk itu GERAKAN MASYARAKAT HIDUP SEHAT (GERMAS) menjadi sebuah pilihan dalam mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang lebih baik. Gerakan ini harus selalu digaungkan sebagai salah satu perwujudan dari revolusi mental yang dicanangkan oleh Bapak Presiden.

Banyak metode inovatif untuk mengingatkan, menggugah, dan mengubah perilaku masyarakat menjadi hidup sehat, salah satunya disampaikan dengan lagu atau musik. Menurut Djohan (2009), musik merupakan produk pikiran, maka dari itu elemen vibrasi dalam bentuk frekuensi, amplitudo, dan durasi belum menjadi musik bagi manusia sampai semua itu ditransformasi secara neurologis dan diintepretasikan melalui otak menjadi pitch (nada-harmoni), timbre (warna suara), dinamika (keras-lembut), dan tempo (cepat-lambat). Musik memengaruhi dimensi afek, kognisi, dan perilaku.

Menarik sekali apabila teori ini diimplementasikan di bidang kesehatan, bisa diartikan dengan mendengarkan musik (dalam hal ini lagu) yang bertemakan ajakan untuk berperilaku hidup sehat, maka diharapkan masyarakat bisa lebih cepat memahami pesan yang ingin kita sampaikan, dengan lagu kita mudah mengingat, dengan lagu yang riang dan lirik yang sederhana hati kita menjadi gembira dan semangat, dengan lagu pula pesan yang ingin kita sampaikan menjadi mudah dipamahi.

Sebagai akhir dari tulisan ini, penulis sampaikan sebuah lagu yang mengajak masyarakat untuk hidup sehat (silahkan diunduh MP3 dan partiturnya). Ayo sehat Yogyakarta hebat, dimulai dari diri kita, ajak semua untuk terlibat. YOGYAKARTA SEHAT UNTUK INDONESIA KUAT. SALAM SEHAT DARI JOGJA UNTUK INDONESIA.

AYO SEHAT
Ayo sehat Yogyakarta hebat, dimulai dari diri kita
Ajak keluarga tuk terlibat agar jadi insan bermartabat
Ayo sehat Indonesia Kuat, ajak masyarakat hidup sehat
Gapai kesehatan berdaulat, dan jadikan Indonesia kuat

Refren :
Germas gerakan masyarakat, yang menggugah habitus hidup sehat
Ubah wajah kesehatan bangsa, salam sehat, sehat Indonesia
Germas gerakan masyarakat, yang menggugah habitus hidup sehat
Ubah wajah kesehatan bangsa, salam sehat, sehat Indonesia

Coda:
Dari Jogja untuk Indonesia

Notasi Ayo Sehat, download
Lagu Ayo Sehat, download

Penulis: A. Widiawan HP, Staf Seksi Surveilans dan SIK Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta

Referensi :
Djohan. (2009). Psikologi musik. Yogyakarta: Best Publisher.
Kemenkes RI. 2018. Hasil Utama Riskedas 2018
Yahya Anshori. 2019. Mari Hentikan Penyakit dengan Pola Hidup Sehat
https://www.kemkes.go.id/article/view/20070500003/orang-dengan-penyakit-tidak-menular-berisiko-tinggi-terinfeksi-COVID-19.html

Artikel Terbaru
Placeholder
Artikel Nomor #1
Last Updated 3 min ago
Placeholder
Artikel Nomor #2
Last Updated 3 min ago
Placeholder
Artikel Nomor #3
Last Updated 3 min ago
Placeholder
Artikel Nomor #4
Last Updated 3 min ago
Placeholder
Artikel Nomor #5
Last Updated 3 min ago